ChatGPT dan Generative AI: Ancaman atau Solusi bagi Pendidikan?

ChatGPT dan Generative AI: Ancaman atau Solusi bagi Pendidikan?

ChatGPT dan Generative AI: Ancaman atau Solusi bagi Pendidikan?

Oleh: Gootex | Tanggal: 24 Juni 2025


Pendahuluan

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah banyak sektor, termasuk dunia pendidikan. Salah satu teknologi AI yang paling menonjol adalah Generative AI, dengan ChatGPT dari OpenAI sebagai salah satu aplikasinya yang paling populer. Namun, kehadiran teknologi ini menimbulkan dilema: di satu sisi membawa kemudahan, di sisi lain menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan dan dampak negatif terhadap proses belajar.

Pertanyaannya, apakah ChatGPT dan Generative AI merupakan ancaman bagi pendidikan, atau justru solusi yang dapat mempercepat transformasi belajar di era digital? Artikel ini membahas dari kedua sisi—manfaat dan tantangan—serta memberikan rekomendasi penggunaannya secara bijak.

Mengenal ChatGPT dan Generative AI

ChatGPT adalah model AI yang dikembangkan oleh OpenAI untuk menghasilkan teks percakapan manusia. Model ini merupakan bagian dari teknologi yang lebih luas bernama Generative AI, yaitu kecerdasan buatan yang mampu membuat konten baru seperti teks, gambar, audio, dan video berdasarkan perintah pengguna (prompt).

Dalam pendidikan, teknologi ini dapat digunakan untuk:

  • Menghasilkan ringkasan materi belajar
  • Menjawab soal dan pertanyaan siswa
  • Membuat soal ujian, artikel, atau esai
  • Memberikan umpan balik otomatis
  • Melatih keterampilan menulis dan berpikir kritis

Manfaat ChatGPT dan Generative AI dalam Pendidikan

1. Asisten Belajar Pribadi

ChatGPT dapat berfungsi sebagai tutor 24 jam yang siap menjelaskan konsep pelajaran, menjawab soal matematika, hingga membantu memahami bacaan yang rumit. Ini membantu siswa yang belajar mandiri dan butuh bantuan di luar jam sekolah.

2. Membantu Guru dan Dosen

Guru dapat menggunakan Generative AI untuk merancang soal latihan, skenario pembelajaran berbasis masalah (PBL), membuat rubrik penilaian, bahkan menyiapkan materi ajar dengan cepat.

3. Meningkatkan Akses dan Inklusivitas

Dengan AI, pelajar dari daerah terpencil tetap bisa mendapatkan bantuan belajar, tanpa harus bergantung pada kehadiran guru atau fasilitas fisik. ChatGPT dapat digunakan via ponsel atau perangkat sederhana dengan koneksi internet.

4. Meningkatkan Kreativitas dan Eksplorasi

Generative AI mampu mendorong siswa untuk mengeksplorasi ide, menulis esai dari sudut pandang berbeda, atau membuat puisi, skenario, dan cerita. Siswa belajar dengan cara yang tidak monoton.

5. Personalisasi Pembelajaran

AI mampu menyesuaikan penjelasan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Misalnya, menjelaskan hukum Newton secara sederhana untuk siswa SMP, atau mendalam untuk mahasiswa teknik.

Tantangan dan Ancaman ChatGPT dalam Pendidikan

1. Plagiarisme dan Ketergantungan

Penggunaan ChatGPT untuk mengerjakan PR, esai, atau tugas akhir menimbulkan risiko plagiarisme. Siswa bisa copy-paste hasil AI tanpa memahami isinya. Ini menurunkan kualitas pembelajaran dan integritas akademik.

2. Miskonsepsi dan Kesalahan Informasi

Meskipun pintar, ChatGPT tetap bisa memberikan jawaban yang keliru atau tidak sesuai konteks. Jika digunakan tanpa pengawasan, siswa bisa mempelajari informasi yang salah.

3. Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis

Jika siswa hanya mengandalkan AI tanpa menganalisis atau mengevaluasi, kemampuan berpikir kritis dan problem solving bisa menurun drastis. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti proses belajar.

4. Etika dan Tanggung Jawab Penggunaan

Siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan jawaban AI? Bagaimana jika AI digunakan untuk mencontek? Belum semua sekolah memiliki panduan atau kebijakan etis dalam penggunaan Generative AI.

5. Kesenjangan Akses dan Keterampilan Digital

Siswa atau guru di daerah terpencil yang belum terbiasa dengan teknologi bisa tertinggal. Sementara siswa di kota besar dengan literasi digital tinggi bisa lebih cepat memanfaatkan AI.

Respons Dunia Pendidikan terhadap AI

1. Larangan dan Pengawasan

Beberapa sekolah dan universitas di dunia melarang penggunaan ChatGPT dalam pengerjaan tugas. Namun sebagian lainnya justru mulai mengintegrasikannya ke dalam kurikulum.

2. Literasi AI di Kurikulum

Negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan mulai memperkenalkan AI literacy sejak sekolah dasar. Ini penting agar siswa paham potensi dan risiko penggunaan AI secara kritis dan etis.

3. Alat Deteksi AI

Alat seperti GPTZero, Turnitin AI Detector, dan Originality.ai dikembangkan untuk mendeteksi teks hasil Generative AI. Namun, akurasinya belum 100% dan bisa menimbulkan false positive.

Strategi Bijak Penggunaan ChatGPT dalam Pendidikan

1. Gunakan sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti

ChatGPT dapat membantu memahami materi, tapi siswa tetap harus belajar, menganalisis, dan menyusun argumen sendiri.

2. Ajak Siswa Mengevaluasi Jawaban AI

Tugas bisa didesain agar siswa membandingkan jawaban ChatGPT dengan sumber lain, lalu menilai keakuratannya.

3. Fokus pada Proses, Bukan Hasil Akhir

Guru bisa meminta siswa menyertakan langkah berpikir atau draft dalam tugas, bukan hanya hasil akhir. Ini mendorong kejujuran akademik.

4. Ajarkan Literasi AI Sejak Dini

Siswa perlu diajari cara menggunakan AI dengan bijak: kapan boleh digunakan, bagaimana memverifikasi, dan etika penggunaannya.

5. Kembangkan Kompetensi Guru

Guru juga perlu pelatihan agar bisa memanfaatkan AI untuk efisiensi kerja, tanpa takut tergantikan. AI seharusnya memperkuat peran guru, bukan menghapusnya.

Contoh Pemanfaatan Positif ChatGPT di Kelas

  • Pelajaran Bahasa: Membantu siswa menyusun paragraf, menulis puisi, atau menganalisis teks sastra.
  • Sejarah: Menanyakan pandangan “tokoh sejarah” secara hipotetik melalui prompt kreatif.